230 Perempuan Kota Magelang dapat Pendampingan Usaha Berupa Pinjaman Modal
Rudi || Diskominsta
Selasa, 14 Mei 2024
Sebanyak 230 orang perempuan Kota Magelang mendapat pendampingan usaha berupa
KOTA MAGELANG – Sebanyak 230 orang perempuan Kota Magelang mendapat pendampingan usaha berupa pinjaman senilai Rp500.000 per orang tanpa agunan dan bunga .
Program tersebut berasal dari kolaborasi Pemerintah Kota (Pemkot) Magelang bersama Bank Jateng, PKK, Koperasi Bhakti Wanita, HIPMI Kota Magelang dan Universitas Tidar (Untidar) guna menyejahterakan keluarga melalui pemberdayaan perempuan.
Secara simbolis, dana pinjaman diserahkan oleh Wali Kota Magelang dr. Muchamad Nur Aziz di Pendopo Pengabdian rumjab Wali Kota Magelang, Senin (13/5/2024). Hadir juga ratusan mahasiswa Untidar yang bertugas sebagai pendamping.
“Selamat kepada ibu-ibu yang dapat kesempatan, juga mahasiswa sebagai pendamping. Ini sebuah rezeki, Sebanyak 230 orang yang semuanya wanita ini sudah terseleksi. Pesan saya, manfaatkan dengan sebaik-baiknya,” ungkap Dokter Aziz, saat memberikan sambutan pada acara tersebut.
Dokter Aziz menyebutkan, dari 230 orang itu kemudian dibagi beberapa kelompok. Setiap kelompok berisi 10 orang. Pengembalian pinjaman memakai sistem “tanggung renteng” sehingga setiap kelompok harus kompak dan saling mendukung.
Ketua BPC Hipmi Kota Magelang, Raka Ghani Irsyadi Binar menjelaskan, ada sebanyak 102 mahasiswa Untidar yang akan bertugas sebagai koordinator dan pendamping penerima pinjaman.
“Mereka akan mendampingi para penerima pinjaman selama 6 bulan kedepan. Selain itu, mahasiswa juga akan memberikan edukasi, tentang bagaimana mengelola dana dan alokasi pendanaannya,” ujarnya.
Menurutnya, mahasiswa mempunyai andil penting dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Saat ini sebagai mahasiswa dengan usia yang masih muda saatnya mencari “Jeneng” atau nama terlebih dahulu. Selanjutnya akan dapat “Jenang” sebagai bonus misalnya uang, jabatan, dan sebagainya.
Sementara itu, Rektor Untidar, Sugiyarto menyampaikan, ada 2 kelompok yang dominan pada forum ini yakni kelompok ibu dan pemuda (mahasiswa). Interaksi keduanya menjadi harapan besar untuk memajukan ekonomi kerakyatan.
“Kita punya harapan besar, anak muda (mahasiswa) ini yang akan mendampingi ibu-ibu sekalian. Selain dapat arahan sesuai kemampuan selaku HIPMI, tapi juga ada proses belajar. Kita ikuti konsep jawa “ilmu kelakone nganti laku”, mempraktekkan apa yang dilakukan, teori dan praktek bisa matching, dari interaksi ini maka akan muncul ilmunya,” jelasnya (prokompimkotamgl)